Ritual Pernikahan Adat Bali
1. Menentukan
Hari Baik
Dilakukan setelah sebelumnya
keluarga calon mempelai pria datang untuk Memadik
atau Ngindih (Meminang) calon
mempelai wanita. Warga Bali yang sangat religius mempercayai hari baik dimana
pada hari tersebut akan menjadi hari dimana calon mempelai wanita akan dijemput
dan dibawa ke rumah calon mempelai pria untuk dinikahkan.
2. Ngekeb
Dalam adat Jawa disebut dengan
ritual Siraman. Namun terdapat
perbedaan yaitu, sebelum ngekeb, calon mempelai wanita dilulurkan dengan ramuan
yang dibuat dari kunyit, daun merak, beras yang telah ditumbuk halus dan bunga
kenanga serta air untuk keramas. Ngekeb dilaksanakan sehari sebelum pernikahan
dilangsungkan. Dalam menjalani ritual ngekeb, calon mempeai wanita dilarang
untuk keluar dari kamar mulai sore hari hingga keluarga calon mempelai pria
datang untuk menjemput.
3. Penjemputan
Calon Mempelai Wanita
Pernikahan tidak diadakan di
kediaman mempelai wanita seperti kebanyakan daerah. Itu sebabnya mengapa calon
mempelai wanita dijemput. Sebelum calon mempelai wanita dijemput untuk dibawa,
dirinya akan diselimuti dengan kain kuning tipis mulai ujung rambut sampai
ujung kaki, diibaratkan bahwa sang mempelai wanita telah siap mengubur masa
lalunya sebagai lajang untuk menyongsong kehidupan baru dalam rumah tangga.
4. Mungkah
Lawang (Buka Pintu)
Mirip seperti upacara buka pintu dalam adat Sunda,
perbedaannya terletak pada orang yang mengetuk pintu, jika dalam tradisi Sunda,
orang yang mengetuk pintu adalah calon
mempelai prianya, tetapi dalam adat Bali yang bertugas mengetuk pintu
yaitu seorang utusan yang disebut mungkah
lawang. Bertugas mengetuk pintu kamar calon mempelai wanita sebanyak 3
kali. Mempelai pria di pertegas dengan tembang yang dinyanyikan utusan mempelai
pria (malat). Mempelai pria harus membawakan tembang yang berisikan kehadiran
mempelai pria untuk menjemput mempelai wanita. Kemudian tembang balsan yang di
lantunkan malat dari pihak wanita terdengar yang mengatakan bahwa mempelai
wanita telah siap untuk dijemput.
Mendapat lampu hijau, calon
mempelai pria pun membuka pintu setelah diizinkan dan dipersilakan oleh
keluarga pihak wanita. Calon mempelai wanita digendong menuju tandu untuk
segera dibawa ke kediaman keluarga pria tanpa didampingin kedua orang tua
mempelai wanita, tetapi seorang utusan di tunjuk menyaksikan upacara pernikahan
5. Mesegehagung
Merupakan upacara khusus
menyambut mempelai wanita. Setibanya di kediaman mempelai pria, keduanya
diturunkan dari tandy untuk bersiap menghadapi prosesi mesehagung. Sekali lagi,
kedua mempelai ditandu menuju kamar pengantin. Kain kuning yang masih
menyelimuti tubuh mempelai wanita akan dibuka oleh ibu calon mempelai pria dan
ditukar dengan uang kepeng satakan
(sebutan untuk mata uang pada masa lampau) senilai 200 kepeng.
6. Mekala-Kalaan
(Madengen- Dengen)
Dengan dipandu oleh pendeta
Hindu, ritual ini dimulai tepat saat bunyi genta bergema. Pelaksanaan mekala-kala harus sesuai dengan
tahapan-tahapan berikut ini.
7. Menyentuhkan
Kaki pada Kala Sepetan
Upacara mekala-kala bertujuan
untuk membersihkan diri dan menyucikan kedua mempelai. Mempelai pria memikul tege-tegenan dan mempelai wanita membawa bakul perdagangan,
lalu keduanya berputar sebanyak 3 kali mengelilingi sanggar pesaksi, kemulan dan penegteg. Keduanya diwajibkan
menyentuhkan kaki pada kala sepetan.
8. Jual
Beli
Bakul yang dibawa oleh calon
mempelai wanita kemudian akan dibeli oleh calon mempelai pria. Kegiatan ini
merupakan analogi dari kehidupan dalam rumah tangga yang harus saling
melengkapi, memberi dan mengisi hingga meraih tujuan yang diinginkan
9. Menusuk
Tikeh Dadakan
Calon mempelai wanita telah
memegang anyaman tikar dari daun pandan muda (tikeh dadakan). Dan calon
mempelai pria memegang keris dan menghunuskan tikeh dadakan dengan kerisnya.
Menurut kepercayaan umat Hindu,
tikeh dadakan yang dipegang calon mempelai wanita menyimbolkan kekuatan Sang
Hyang Prakerti (kekuatan yoni), dan keris menyimbolkan kekuatan Sang Hyang
Purusa (kekuatan lingga)
10. Memutuskan
Benang
Kedua mempelai bersama sama
menanam kunyit, talas, dan andong tepat di belakang merajan atau sanggah (tempat
sembahyang keluarga). Baru setelah itu memutuskan benang yang terentang pada
cabang dadap (papegatan) yang
menyimbolkan bahwa kedua mempelai telah siap menanggalkan masa remaja untuk
memulai hidup berkeluarga.
11. Upacara
Mewidhi Widana (Natab Banten Beduur)
Upacara ini berlangsung di
dalam Pura keluarga pihak pria yang dipimpin langsung oleh pemangku sanggah
serta diantar PinisepuhI. Diselimuti
suasana syahdu, kedua mempelai berdoa menyampaikan kehadiran keluarga baru
kepada leluhur untuk melanjutkan keturunannya.
12. Upacara
Mejamuan (Ma Pejati)
Untuk menghormati leluhur
keluarga, upacara ini diadakan untuk memohon pamit kepada leluhur mempelai
wanita. Kedatangan mempelai wanita untuk menjalani upacara tersebut didampingi
keluarga mempelai pria yang membawa serta berbagai penganan tradisional
berwarna putih dan merah, kue bantal, apam, kuskus, wajik, sumping, kopi, gula,
buah-buahan, lauk-pauk, dan sebagainya.
Hubungi : 0822 – 9914 – 4728 (Rizky)
BalasHapusMenikah adalah tujuan dan impian Semua orang, Melalui HIS Graha Elnusa Wedding Package , anda bisa mendapatkan paket lengkap mulai dari fasilitas gedung full ac, full carpet, dan lampu chandeliar yg cantik, catering dengan vendor yang berpengalaman, dekorasi, rias busana, musik entertainment, dan photoghraphy serta videography.
Kenyaman dan kemewahan yang anda dapat adalah tujuan utama kami.